Bahan Baku dalam Kosmetik

[ilustrasi penelitian kosmetik | freepik.com/freepik]

Perkembangan kosmetik didukung oleh hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan, serta kemajuan teknologi. Kini dimungkinkan untuk memperoleh beragam bahan baku berkualitas lebih tinggi, termasuk senyawa alami, senyawa sintetik, dan bahan biosintetik.

 

Kosmetik pada umumnya hanya digunakan di kulit dan rambut, oleh karena itu, syarat utama yang harus diperhatikan dalam penggunaan dan pemilihan bahan baku adalah: [1] fungsi yang sangat baik sesuai dengan tujuan penggunaan; [2] keamanan yang baik; [3] stabilitas oksidasi yang sangat baik; dan [4] kualitas konstan seperti kurangnya bau. Selain itu, penggunaan bahan baku juga harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan masing-masing negara, seperti Indonesia diatur oleh BPOM.

 

Bahan minyak, lemak, wax, alkohol, surfaktan, dan humektan termasuk bahan baku utama atau base yang digunakan untuk memproduksi kosmetik.

 

1. Minyak

Minyak sering digunakan dalam komponen kosmetik untuk mengontrol dan meningkatkan kelembapan kulit. Namun, karena minyak diperoleh baik dari tumbuhan maupun hewan dengan banyak jenisnya, tetapi jumlah yang relatif terbatas digunakan sebagai bahan baku kosmetik. Bahan baku minyak yang telah banyak digunakan di antaranya: Olive oil [mengandung asam oleat 65-85%, asam palmitat 7-16%, dan asam linoleat 4-15%], Camellia oil [mengandung asam oleat 82-88%, asam palmitat 8-10%, dan asam linoleat 1%], Macadamia nut oil [mengandung Asam oleat 50-65% dan asam palmitoleate 20-27%], dan Castor oil [mengandung asam risinolat 85-95%].

2. Wax ester

Dalam hal komposisi kimia, wax ester adalah ester dari asam lemak yang lebih tinggi dan alkohol yang lebih tinggi yang diperoleh dari tumbuhan dan hewan. Wax ester digunakan secara luas dalam kosmetik perawatan kulit dan kosmetik rias, untuk memberikan kondisi soothing dan mengeraskan dan memberi kilap [seperti lipstik]. Contohnya yang telah banyak digunakan adalah Carnauba wax, Candelilla wax, Jojoba oil, Beeswax, dan Lanolin.

3. Asam lemak

Asam lemak adalah senyawa dengan rumus kimia umum RCOOH. R adalah gugus alkil jenuh atau gugus alkil tak jenuh. Mereka termasuk berbagai ester dalam lemak dan minyak alami. Asam lemak dicampur dengan minyak, wax, dan senyawa hidrokarbon untuk digunakan sebagai bahan baku kosmetik. Selain itu, digunakan dengan kalium kaustik, triethanolamines, dan lain-lain sebagai pengemulsi untuk produksi sabun. Contoh asam lemak yang banyak digunakan adalah Laurie acid, Myristic acid, Palmitic acid, Stearic acid, dan Isostearic acid.

 

Baca Juga: Sifat Anti-oksidan Jadi Salah Satu Potensi Minyak Biji Sacha Inchi


4. Alkohol

Alkohol yang lebih tinggi adalah nama yang diberikan untuk alkohol monovalen dengan enam atau lebih atom karbon. Mereka secara luas dikelompokkan ke dalam alkohol yang dihasilkan dari minyak alami, lemak, dan alkohol dihasilkan dari petrokimia. Alkohol yang lebih tinggi digunakan baik sebagai penstabil emulsi dalam produk emulsi. Contohnya: Cetyl alcohol, Stearyl alcohol, Isostearyl alcohol, dan 2-Octyl dodecanol.

 

5. Surfaktan

Surfaktan atau dikenal dengan surface active agent adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Dalam kosmetik, surfaktan dapat digunakan untuk mengemulsikan kedua fase yang tidak saling bercampur, digunakan untuk enchanced oil recovery [EOR].


Agen aktif permukaan [surfaktan] diklasifikasikan dalam berbagai cara sesuai dengan struktur kimia, metode sintesis, sifat dan kegunaan, dll. Namun, umumnya klasifikasi utama didasarkan pada disosiasi ionik ketika dilarutkan dalam air. Tipe disosiasi diklasifikasikan sebagai tipe anionik, kationik, dan amfoter, sedangkan tipe non-disosiasi diklasifikasikan sebagai non-ionik.

Surfaktan anionik: Alkyl sulfate, Polyoxyethylene alkyl ether sulfate, Acyl N-methyl taurate, Alkylether phosphate, dan N-Acylamino acid salts.

Surfaktan kationik: Alkyltrimethyl ammonium chloride, Dialkyl dimethyl ammonium chloride, dan Benzalkonium chloride.

Surfaktan amfoter: Alkyl dimethylaminoacetic acid betaine, Alkyl amidopropyl dimethylaminoacetic acid betaine, dan 2-Alkyl-N-carboxymethyl'N-hydroxyethylimidazolinium betaine.

Surfaktan non-ionik: Polyoxyethylene type non-ionic surfactants, Polyhydric alcohol ester type non-ionic surfactants, dan Ethyleneoxide-propyleneoxide block polymers.

6. Humektan

Berbagai macam humektan digunakan dalam kosmetik termasuk alkohol polihidrat seperti gliserin, propilen glikol, sorbitol, dan termasuk komponen utama NMF [pirolidon karbonat dan laktat]. Kemajuan terbaru dalam teknologi biosintesis juga memungkinkan produksi dan penggunaan natrium hialuronat dalam jumlah besar. Humektan berperan penting dalam kosmetik untuk menjaga kadar air [kelembapan kulit] dan menstabilkan kosmetik. Selain itu, memiliki aktivitas bakteriostatik dan fiksatif. [][SIS/LC]


Sumber:

Mitsui, T. 1997. Raw Material of Cosmetics. Elsevier: New Cosmetics Science, pp 121 – 147.

 

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu

Komentar

  • Belum ada komentar !