Agen Topikal untuk Bekas Jerawat

[ilustrasi pencet jerawat | freepik.com/freepik]

Setelah mengalami masalah jerawat, sekitar 80-90% pasien memiliki bekas luka atrofi yang berhubungan dengan hilangnya kolagen, ini lebih besar daripada yang menunjukkan bekas luka hipertrofik dan keloid. Penyebab bekas luka atrofi karena hilangnya matriks dermal dalam bentuk pemecahan kolagen selama tahap inflamasi.

Pilihan perawatan saat ini untuk bekas jerawat atrofi didominasi oleh prosedur invasif non-farmakologis yang mungkin tidak sesuai atau terjangkau untuk semua pasien. Namun sejauh ini, masih sedikit penelitian yang mengevaluasi peran agen topikal dalam perawatan bekas jerawat.

Berbagai agen topikal yang dapat digunakan sebagai perawatan bekas jerawat, di antaranya:

Tretinoin: harris et.al. melaporkan bahwa penggunaan tretinoin 0,05% setiap hari selama 4 bulan dapat memperbaiki bekas jerawat superfisial

Asam glikolat: Pengelupasan asam glikolat adalah salah satu obat untuk pengobatan bekas jerawat atrofi. Penggunaan harian jangka panjang asam glikolat 15% cukup efektif pada perawatan bekas jerawat atrofi.

Adapalene: Penggunaan retinoid topikal telah disetujui untuk pengobatan jerawat dan kulit yang rusak karena sinar matahari. Retinoid topikal mengaktifkan fibroblas dermal untuk meningkatkan produksi prokolagen pada kulit yang menua. Karena kulit yang rusak akibat sinar matahari dan bekas jerawat atrofi memiliki ciri-ciri hilangnya matriks dermal, adapalene 0,3% berpotensi memberikan efek menguntungkan dalam pengobatan bekas jerawat atrofi.

Baca Juga: Kemanjuran dan Keamanan Agen Topikal dalam Pengobatan Melasma

 

Tazarotene: Krim tazarotene 0,1% telah ditemukan secara signifikan memperbaiki bekas jerawat makula dibandingkan dengan gel adapalene 0,3%.

Vitamin C: vitamin C sebagai penyembuhan luka melalui modulasi pleiotropik baru dalam metabolisme kolagen dan dapat memperbaiki bekas luka atrofi pada jerawat. Vitamin C menginduksi ekspresi pembaharuan diri, perkembangan siklus sel, dan gen motilitas fibroblast dalam fibroblast dermal. Ini juga melemahkan mediator peradangan melalui interleukin-1β dan tumor necrosis factor-α. Ini meningkatkan hiperpigmentasi dengan menghambat sintesis melanin, tirosinase, dan spesies oksigen reaktif.

Adapalene dan benzoil peroksida: Bekas jerawat atrofi berkembang terutama dari lesi jerawat inflamasi dan pasca inflamasi. Gel topikal yang mengandung adapalene 0.3% dan benzoil peroksida 2.5% memiliki khasiat dalam pengobatan inflamasi acne vulgaris sedang atau berat. Dalam sebuah studi Dreno et.al., pengobatan bekas luka jerawat selama 48 minggu menggunakan gel adapalene 0.3% dan benzoil peroksida 2.5% menunjukkan efektivitas penyembuhan.

Tacrolimus: Tacrolimus 0,1% topikal digunakan sebagai terapi pada pasien dengan eritema macula jerawat, ini menunjukkan pengurangan eritema yang terlihat dalam 5-7 minggu, dan tidak ada tanda kambuh setelah 14 minggu. [][SIS/LC]

Sumber:

1. Bikash, C., and Sarkar, R. Topical management of acne scars: The uncharted terrain. J Cosmet Dermatol. 2023; 22:1191–1196.

2. Dréno B, Bissonnette R, Gagné-Henley A, et al. Long-term effectiveness and safety of up to 48 Weeks treatment with topical adapalene 0.3%/benzoyl peroxide 2.5% gel in the prevention and reduction of atrophic acne scars in moderate and severe facial acne. Am J Clin Dermatol. 2019; 20[5]:725-732.

3. Harris DW, Buckley CC, Ostlere LS, Rustin MH. Topical retinoic acid in the treatment of fine acne scarring. Br J Dermatol. 1991; 125[1]:81-82.

 

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu

Komentar

  • Belum ada komentar !