Jamur Pityrosporum Ovale Penyebab Ketombe Diatasi dengan Tanaman Herbal

[ilustrasi cengkeh | freepik.com/azerbaijan_stockers]

Ketombe merupakan salah satu gangguan di bagian kulit kepala dengan adanya bentuk sisik berwarna putih ke abu-abuan. Tanda tersebut disebabkan adanya pengelupasan kulit berlebih di lapisan kulit epidermis yang disertai adanya kemerahan dan gatal di kulit kepala.

Masalah ketombe di dunia mencapai 50% populasi global, terutama pada usia pubertas/remaja. Ketombe tidak mengenal etnis, tapi jarang ditemui pada anak-anak. Untuk tingkat keparahan dapat dipengaruhi usia.

Prevalensi ketombe di Indonesia menurut International Data Base, US sensus Bereau tahun 2004 sebanyak 43.833.262 dari 238.452.952 jiwa, menempati urutan keempat setelah negara Cina, India, dan US. Penyebab Indonesia prevalensi tinggi karena Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis, bersuhu tinggi, dan memiliki kelembapan udara yang tinggi.

Ketombe menjadi masalah yang paling umum pada rambut. Keringat dan kondisi kulit kepala yang tidak normal, baik keadaan kering maupun berminyak juga diduga menjadi penyebab berkembangnya ketombe. Cuaca panas yang menyebabkan berkembangnya jamur di kulit kepala juga dapat memperparah masalah ketombe. Jamur tersebut yaitu Pityrosporum ovale yang dapat menyebabkan kondisi kulit kepala bagian korneum di lapisan kulit paling luar seperti sisik dan mengelupas.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern berkembang semakin pesat di zaman sekarang tidak menggeser peranan obat tradisional begitu saja tetapi justru hidup berdampingan dan saling melengkapi. Penggunaan tanaman obat sebagai obat tradisional sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia dan penggunaanya sudah meluas, dan biasanya khasiat dan cara penggunaannya masih berdasarkan pengalaman secara turun menurun. Penggunaanya semakin digemari karena minim efek samping dan juga harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan obat-obatan kimia sintetis.

 

Oleh karena itu, Laelasari dan Musfiroh [Civitas Akademika Farmasi Unpad] pada tahun 2022 meninjau beberapa tanaman herbal yang bersifat anti-fungal terhadap jamur Pityrosporum ovale penyebab ketombe. Ditemukan 15 tanaman herbal dapat digunakan untuk mengatasi jamur Pityrosporum ovale [artikel dapat dilihat di sini].

 

Dari 15 tanaman herbal, sifat anti-fungal dinilai berdasarkan kriteria kekuatan daya hambat, ini dikategorikan berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk, yaitu menurut Davis and Stout 1971 dibagi menjadi:

● Diameter zona hambat lebih besar dari 20mm dikategorikan sangat kuat,

● Diameter zona hambat 10-20mm dikategorikan kuat,

● Diameter zona hambat 5-10mm dikategorikan sedang, dan

● Diameter zona hambat kurang dari 5mm dikategorikan lemah.

Baca Juga: Efektivitas In-vitro Sampo Neem Oil sebagai Anti-kutu Kepala

 

Tanaman yang masuk ke dalam kategori sangat kuat dalam menghambat pertumbuhan jamur pityrosporum ovale penyebab ketombe antara lain: bunga cengkeh [Syzygium aromaticum L.], daun sirih hijau [Piper betle L.], kulit putih buah semangka [Citrullus vulgaris schrad], daun alamanda [Allamanda cathartica L.], daun pacar kuku [Lawsonia inermis L], daun alpukat [Persea Americana] dan rimpang lengkuas putih [Alpinia galangal L.] dengan diameter zona hambat secara berturut-turut 40,6 mm; 21,925 mm; 39,00mm; 301,28 mm2; 21,3 mm; 25,9 mm; dan 28,3 mm. Dengan ini, cengkeh memiliki potensi sebagai anti-fungal pityrosporum ovale daripada tanaman lainnya.

 

Cengkeh mengandung senyawa alkaloid yang menekan pertumbuhan jamur, lalu terdapat senyawa flavonoid dan tanin yang termasuk golongan senyawa fenolik. Senyawa fenolik akan berinteriksi dengan protein membran sel yang menyebabkan presipitasi dan denaturasi protein membran sel, kerusakan pada membran sel ini yang akan menyebabkan perubahan permeabilitas pada membran sehingga mengakibatkan lisis membran pada sel jamur. [][SIS/LC]

 

Sumber:

Laelasari, E., and Musfiroh, I. 2022. Review Article: Potential of Herbal Plants Against Pityrosporum ovale Fungus Causes of Dandruff. Indonesian Journal of Biological Pharmacy, 2[3]: 152-158.

 

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu

Komentar

  • Belum ada komentar !